29 Mar 2010

Fakta Seputar Proklamasi

Kali ini saya akan mencoba menuliskan fakta yang mungkin terlupakan oleh buku-buku sejarah kita. Revolusi kemerdekaan indonesia bisa juga di sebut revolusi kamar tidur, karena pada kenyataannya pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 8 pagi Bung Karno masih terdidur nyenyak di kamarnya, di Jl Pegangsaan Timur 56 Cikini, Bung Karno terkena gejala malaria Tertiana suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah bergadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda.

Pating greges begitulah yang di keluhkan Bung Karno, ketika dibangunkan oleh dr. Suharto dokter kesayangan beliau, kemudian darah beliau dialiri obat dan beliau meminum pil akhirnya beliau tertidur lagi, pada pukul 9 pagi Bung Karno bangun dan berpakaian rapi putih-putih lalu menemuai sahabatnya yaitu Bung Hatta dan tepat pukul 10 pagi keduanya memproklamasikan kemerdekaan indonesia dari serambi rumah.

"proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta. hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta."

Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang di tulis tangan oleh Bung Karno dan di dikte oleh Bung Hatta ternyata tidak dimiliki dan tidak di simpan oleh pemerintah, anehnya naskah historis tersebut justru di simpan dengan baik oleh seorang wartawan B.M. Diah, Diah menemukan draf proklamasi itu di keranjang sampah dirumah Laksamana Maeda pada 17 Agustus 1945 dini hari setelah di salin dan di ketik oleh Sayuti Melik, pada tanggal 19 Mei 1992 Diah menyerahkan draf tersebut kepada Presiden Soeharto setelah menyimpannya selama 46 tahun 9bulan dan 19 hari.

Upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia trnyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik dan tak ada pancaragam, tiang bendera pun terbuat dari batang bambu secara kasar serta di tanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tapi itulah kenyataan yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang di nanti-nantikan selama lebih dari 300 tahun.

Semoga tulisan ini mampu memberi penyegaran sejarah dan bermanfaat bagi kita semua.

Sumber: Suara Merdeka 18 Agustus 1995 yang ditulis oleh Iwan Satyanegara dengan beberapa penggubahan
Comments
0 Comments