1 Mar 2009

Global Warming, Akankah Menghancurkan Kutub Selatan

Mengenai ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan peningkatan suhu panas alam, ESA, Badan pemeriksa ruang angkasa Eropa telah membuktikan melalui foto yang diambil oleh satelit miliknya, bahwa dataran es yang menghubungkan tebing es dengan pulau Jamaika – salah satu pulau di benua Antartika – masih terancam rusak. Yang mana kerusakan penghubung itu akan mengakibatkan terpisahnya tebing es tersebut dengan benua induk.
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa tebing yang barasal dari timbunan es akan retak bahkan terpisah dengan wilayah Antartika, diikuti hancurnya dataran es yang menghubungkan antara pulau Syarkot dan Latade. Sedangkan awal timbulnya keyakinan akan hancurnya tebing – tebing es itu terjadi sekitar 2 April lalu, saat kehancuran yang menimpa sepanjang lingkaran es dan meleburkan gumpalan es raksasa yang tertimbun didalamnya.

Seorang Doktor dari Universitas Moonstar, Angelica Hanburg, dan Dr. Mathias Brown dari Sensitivity Long Center, Universitas Bown, adalah orang yang pertama kali mnyingkap tabir perkembangan terkini terpecahnya dataran es Antartika melalui bukti – bukti yang dibawa oleh satelit Envisat dan satelit milik Jerman Teraser – X.

Sebenarnya, peristiwa hancurnya dataran es ini sudah lama membuat para ilmuwan cemas dan takut..Pasalnya, barometer alam yang diarahkan ke semenanjung Antartika selalu berjalan paling lambat dibanding belahan bumi lainnya.

Melalui gsmbar – gambar yang diambil oleh satelit , diperkirakan ada kemungkinan bagi kedua ilmuwan tersebut untuk menanggulangi terjadinya kehancuran dan melindungi bagian – bagian es yang tersempit agar tidak terpengaruh oleh perubahan suhu. Hal ini mereka lakukan dengan cara mengetahui dengan teliti bentuk pergerakan dataran es dibawah tekanan.

Beberapa tahun lalu terdapat tebing es disebelah barat Antartika, yang menutupi area sepanjang 16 km2, ini sebelum terjadi keruntuhan tahun 90an abad yang lalu. Para ilmuwan mengatakan bahwa dataran es merupakan batas atau sekat penting untuk menjaga keeksistensian tebing – tebing es diantara dua pulau yang ada. Kalau ia pecah total, maka terjadilah pergerakan es (antara dua pulau Syarkot dan Latade ) yang liar menuju area terbuka.

Gambar – gambar yang pernah dipublkasikan oleh badan pemeriksa ruang angkasa Eropa salah satunya menjelaskan bahwa kehancuran dimulai dari daratan es. Kemudian muncul gunung – gunung es baru yang mengitari wilayah barat (Antartika ) dan memanjang sampai menerobas bagian selatan benua Amerika.

Pada bulan Januari lalu, Prof. David Vogan, peneliti sungai es dalam rencana penghapusan Antartika Inggris, menciptakan sebuah alat yang berfungsi untuk mengikuti pergerakan satelit-satelit diatas dataran es.

Vogan mengatakan bahwa dataran es telah pecah sejak minggu lalu, dan dipastikan akan mencairkan sebagian besar dataran lainnya menjadi bentangan air yang terbuka lebar.

Lalu beliau menambahkan :" Kita tahu bahwa tebing – tebing es telah berdiri kokoh sejak 30 tahunan lalu, sampai terjadi keruntuhan tahun 90an. Namun kita tetap yakin bahwa ia akan mampu bertahan dalam waktu yang lebih lama lagi. Setelah ada evaluasi, yang ada adalah terputusnya hubungan tebing itu dengan salah satu pulau. Hal ini berarti, suhu panas bumi dibenua Antartika telah menebar pengaruh kuat terhadap tebing es satu dengan yang lain. Sedangkan runtuhnya tebing es itu sendiri tidak akan berpengaruh secara langsung terhadap genangan air disekitarnya, karena dataran es yang ada dibelakangnya akan menutupi permukaan air tersebut. Hanya saja dikhawatirkan terjadinya perubahan suhu dibagian ini "

Lima puluh tahunan yang lalu, kutub selatan merupakan benua yang kenaikan suhunya lebih tinggi, dan pada masa itu banyka tebing – tebing es yang hancur, tujuh diantaranya ( Channel Prince Gustaf, tebing John Laursen, Laursen ieh, Wordy, Moller, dan Jons )

Dari penjelasan tadi, diketahui bahwa kehancuran serentak tebing – tebing es dimulai dari gerakan cepat oleh sungai – sungai es dan daratan es yang ada dibelakangnya . Gerakan es inilah yang diperkirakan akan menimbulakn kenaikan kapasitas genangn air dan laut. Namun kapasitas ini tetap bergantung pada standar ilmiyah yang berubah – ubah.

Kecepatan pengaruh perubahan cuaca tidak berlangsung secara bertahap, hal ini dikemukakan oleh hay'ah bynhukumiyah ketika memaparkan perihal akhir kemungkinan terjadinya kenaikan kapasitas air laut dan sungai – sungai.Pada tahun 2007 , Badan ini juga menyebutkan bahwa peristiwa lelehnya salju tidak akan berlangsung lama.

Tahun lalu, satelit Invisat memiliki banyak dokumentasi perkembangan besar tebing – tebing es. Awal februari, terjadi keruntuhan es yang luas permukaanya mencapai 425 km2, padahal dataran es ini berperan penting sebagai penghubung antar dua pulau, Syarkot dan Latade, juga sebagai penahan tebing dibelakangnya. Hal inilah yang mengakibatkan menyusutnya dataran es hingga 6 km.

Di akhir mei, juga pecah gumpalan es lain yang luas permukaannya mencapai 160 km2 , namun mampu mengurangi luasnya sebesar 2,7 km, dan hanya tersisa sekitar 900m.

Hanburt menyatakan ;" bulan – bulan lalu kami telah meneliti tentang kehancuran tebing es, bahwa bagian yang hancur serupa dengan bagian yang masih tersisa."

Ia juga menjelaskan : " Selama beberapa tahun lalu, tebing – tebing es mengalami kehancuran 14% dari luas permukaanya, yaitu sekitar 1800 km2. Pada bulan februari dan mei terjadi keruntuhan yang hanya berlangsung beberapa jam saja, namun meninggalkan dataran-dataran es tersbut dalam keadaan sangat rapuh. Kami pun yakin, kenaikan titik kehancuran dibulan oktober dan november lalu, adalah efek dari runtuhnya 1220 km2 dataran es ujung utara pada bulan juni dan juli 2008.

Disebutkan bahwa dataran es kutub selatan tersusun oleh timbunan dan tekanan salju selama ribuan tahun, dan disepanjang garis pinggirnya dikelilingi oleh beberapa lapisan es, yang kemudian membentuk sebuah gumpalan es besar yang disebut "tebing es " Tebing – tebing es ini telah beberapa kali mengalami keruntuhan. 20 tahuan lalu terdapat 7 tebing yang runtuh, dan menjadi aliran sungai.

Para ilmuwan sekarang juga mempelajari penyebab kehancuran tebing es yang sempat terjadi akhir – akhir ini. Ketika terjadi keruntuhan yang disebabkan oleh suhu panas yang sebelumnya tidak pernah terjadi, dan kenaikan suhunya mencapai 2,50C, maka ini adalah kenaikan suhu paling tinggi yang pernah adaa di planet kita.

Vogan mengatakan :" bahwa peristiwa pecahnya dataran es sangat mengejutkan. Hanya dalam waktu kurang dari dua hari, semua yang ada disitu...tinggal menunggu terjadinya kehancuran itu"

Peleburan es terendah hanya mencapai 40 km, dan tebing es yang tersisa tinggal 500an meter. Satelit-satelit pun menunjukan adanya gunung – gunung es baru yang mengitari sepanjang pesisir laut bagian barat, yang mana bagian ini merupakan dataran tinggi kutub selatan yang menghadap bagian selatan benua Amerika.

Peringatan-peringatan dunia sudah gencar mengenai pengaruh mencairnya es di kutub selatan dan utara juga suhu panas bumi terhadap kehidupan manusia. Para ilmuwan telah berusaha mengantisipasi hal ini dengan cara menekan suhu panas.

Pada tahun-tahun terakhir para ahli amerika dan inggris telah menemukan bahwa tebing-tebing es di kutub yang membeku telah mulai sirna hal ini di kuatkan dengan adanya pencairan sungai-sungai es di kutub tersebut, inilah yang di yakini penyebab perubahan iklim. Para ahli juga menjelaskan bahwa tebing es Wordy yang mencair sejak tahun 1960-an sudah mulai sirna, dan bagian utara dataran es yang di kenal dengan sebutan Larsen Ice juga menghilang. Para ahli juga mengatakan bahwa lebih dari 8300 km2 permukaan Larsen juga telah pecah sejak tahun 1981.

Dari pernyataan pusat geologi Amerika dan Inggris –yang meneliti tentang kutub selatan– di ketahui bahwa yang paling bertanggung jawab atas terpecahnya es di kutub selatan adalah perubahan iklim.

Faktanya, daerah-daeah kutub yang sangat jauh dan kondisi yang tertutup awan tebal juga terhalangnya sinar matahari menjadikan kesulitan bagi para ahli untuk mengadakan studi lapangan di sana. Meskipun begitu banyak satelit yang bisa digunakan oleh para ahli untuk terus mengontrol daerah tersebut.

Radar satelit Infisat telah di desain khusus untuk memantau daerah ini, karena dengan begitu ia bisa bekerja pada malam hari dan mampu menerobos awan. Para ilmuwan ESA mengatakan bahwa pemantauan yang terus menerus di Antartika itu sangat penting, sebab hal itu akan menghasilkan bukti yang tak terbantahkan tentang pengaruh perubahan iklim dan perkembangan selanjutnya.

Badan pengawas luar angkasa Eropa pada bulan maret lalu membuka kesempatan besar dan gratis bagi para ilmuwan yang mempelajari tentang daerah kutub untuk terus meningkatkan kapasitasnya.
Comments
2 Comments