19 Apr 2017

Perang Batin

Tidak ada kepul "menyan" tanpa "langes" kayu gaharu, baru saja saya mengalami kejadian "ghaib". Sebetulnya saya ragu untuk menceritakan ini, tapi terpaksa saya menuliskannya.

Dua pengembara bertamu tanpa permisi langsung duduk diteras rumah saya. Sambil mencuri dengar obrolan mereka, saya mendapati pengembara muda bernama Kerak Bledu, sedangkan yang lebih tua dipanggil Mas Bagong (selanjutnya disinggkat Kb dan Mb).

Kb : KangMas.... Sampean sudah bertapa lelana, nyebrang samudra, sedangkan aku hanya mondar-mandir tanah Sumatra, tolong ceritakan pada fakir ini pengalaman apa yg kau alami hari ini di tanah Jawa.

Mb : Adikku.... Sejak pagi aku menyusuri tanah jawa dari pesisir Blambangan berjalan ke arah Lumajang, aku sempatkan shalat Dhuha dipuncak Mahameru, kemudain aku terus berjalan ke arah kiblat, saat matahari tepat diatas ubun-ubun aku "ngaso" di perbukitan Kendeng Utara, lalu aku Dhuhur berjamaah dengan batu kapur dan kayu jati, dalam hening wiridku aku terganggu sorak gegap gempita dari arah barat. Segera dengan langkah cepat melewati Alas Roban aku berusaha mendekati sumber suara.

Kb : Suara apakah gerangan yang mampu mengusik khusu' wirid kangMas?.

Mb : Suara takbir

Kb : Allahu Akbar.... Takbir itu dari wali Qutub atau seorang Abid?

Mb : Itulah yang menjadi misteri perjalananku, Adikku.... Baru kali ini mata batinku tidak mampu menyingkap  sirr, rahasia identitas mereka.

Kb : Apa yg sebenarnya terjadi kangMas?

Mb : Mereka bertakbir merayakan kemenangan entah siapa, dari perang apa aku tidak begitu paham. Tapi aku mendengar obrolan binatang ternak,  bahwa di daerah Jaya Karta sedang terjadi peperangan antara kaum "mukmin" melawan persekutuan kaum "kafir-munafik".

Kb : Tentu peperangan yang sangat dahsyat.... Dan aku menebak Gusti Allah memihak kaum mukmin. Berapa jumlah korban dari kedua pihak, mukmin maupun kafir-munafik?

Mb : Aroma anyir "jerohan" begitu menyengat, tapi tidak ada kulit seorang manusia yang tergores. Tidak ada nyawa yang meninggalkan raga.

Kb : Perang batin....

Mb : Ya... Perang yang tidak akan terdengar getar tali gandewa, tanpa riuh denting dan percikan api dari pedang kesatria. Tapi luka yang tak kasat mata menganga memuntahkan segala isi dada.

Kb : KangMas.... Sekali lagi aku bertanya, siapa pemenangnya. Mukmin kah, atau kafir-munafik?

Mb : Itu juga yang menjadi kegoblokanku adik.... Semuanya samar, mukmin yg kafir, munafik yang mukmin, kafir-munafik-mukmin, mukmin-munafik-kafir, munafik-mukmin-kafir......

Hahaha... Tiba- tiba terdengar lantang suara tawa ber-bareng-an munculnya sosok bertopeng di pelataran rumah saya.

Kb, Mb : (kaget dan berdiri) SIAPA KISANAK?

Orang bertopeng itu geleng-geleng kepala sambil melirihkan tawanya, kemudian berucap " dengan Mursyidmu sendiri kalian lupa, namaku belum berubah, akulah Gus Batok". (Selanjutnya disingkat Gb)

Kb, Mb : (tergopoh-gopoh, sungkem dan mencium tangan Gb) maafkan kami ya Maulana Murobbi Ruhina.

Bersambung.....

Comments
0 Comments