28 Feb 2010

Dia Oase atau Fatamorgana

Mengapa tiba-tiba ku bermimpi bertemu dengan DIA tadi pagi. Mungkinkah aku merindukannya? Atau DIA yang merindukanku? Aku tak tau. Aku ingat betul masa-masa dimana aku selalu menyempatkan waktu untuk sesekali menengok ke belakang dalam ruangan kelas yang tak begitu menyenangkan, bau kecut yang membusuk dari tubuh-tubuh busuk teman sekelasku (mungkin juga diriku) membuat KBM pada dua jam terakhir sering membuat guru-guru enggan tuk masuk kelas, mereka lebih suka membenamkan diri dalam sendau gurau yang tak jelas kemana arahanya, yah... bagi mereka yang penting bisa menikmati kipas angin di ruang guru. Itulah SMPku.

Buku buku tipis (karena sering disobek) menjadi target kebrutalan tangan-tangan tak ramah, dicekik kuat-kuat kemudian dibanting kekanan dan kekiri begitu dahsyat dengan harapan sejuk sepoi angin dari surga mampu membelai leher teman-temanku. Tapi aku mempunyai cara yang berbeda untuk menghilangkan dahaga, di sudut bagian kanan, baris ketiga dari belakang, disanalah ada oase yang menyejukkan dan menyegarkan, aku yakin DIA bukan fatamorgana, sebab senyum yang merekah dari bibirnya laksana semangka, merah menyegarkan, lirih merdu suaranya bagaikan kicaun prenjak di ranting pohon jambu. syahdu sekali, dan kerlingan matanya bagaikan manik-manik mutiara. Indah berkilauan.

Mata itu..... aku tau terkadang aku memergokinya sedang menatapku, tapi begitu cepat menghilang, bagaikan kilatan petir sekejap, tapi gelegarnya mampu menggetarkan apa yang ada didalam dada. Aku menangkap ada semacam komunikasi antar batin tapi aku masih belum merasa yakin.

DIA bukanlah siapa-siapa tapi aura yang dipancarkannya mampu membuatku silau dan tak mampu melihat apa yang ada di sekelilingnya, sungguh aku benar-benar merasakan apa itu kasmaran, ketika berangkat sekolah kaki ini begitu bersemangat mengayuh sepeda hanya tuk sekedar menikmati gemulai indah langkah-langkahnya, dan setiap pulang sekolah ada perasaan sedih tuk berpisah dengannya.

Aku begitu bodoh atau DIA yang kurang lincah, aku begitu bodoh tak mampu menangkap isyarat yang diberikan atau DIA kurang lincah dalam memberi isyarat padaku yang tak begitu tau tentang sandi-sandi seperti itu. Tapi apa boleh buat cinta telah menjadikan waktu berlari begitu cepat. Lulus kemudian menghilang.....

***

Dua tahun telah terlewati.... Ketertarikan akan ilmu, membaca, dan terutama bahasa, membuatku sibuk karena aku harus membagi waktu juga sebagai seorang remaja. Bermacam surat dengan dalih persahabatan, dengan dalih ada urusan dengan dalih pertengkaran, berhamburan membanjiriku, tapi aku bukanlah anak kecil lagi aku tidak buta dan tuli, aku tau mereka hanya ingin dekat denganku dan dengan harapan kelak suatu saat bisa jadi pacarku, atau lebih dari sekedar itu.

Pernah ku menitipkan sebuah surat kepada teman lamaku, tapi bukan balasan dari semua itu, dan bukan pula untuk orang-orang itu, isi surat itu berupa rangkaian kejadian yang tak pernah disorot oleh publik, isi surat itu adalah sejarah penting dan tak seorangpun yang tau kecuali aku. "Aku sayang kamu".

***

Ada suatu urusan yang mengharuskanku untuk pulang ke Indonesia. Yah.....Indonesia, negara indah dimana aku bisa menikmati keindahan hamparan padi tanpa harus membayar uang untuk rihlah, aku bisa menikmati segarnya air hujan tanpa harus kedinginan pada musim yang benar-benar dingin. Dan aku bisa merasakan sejuk Dieng di banding dinginnya Tur sina. Indonesia ah.... Indonesia.

Aku bertemu keluargaku, aku bermain dengan teman-temanku, dan bernostalgia dengan masa-masa kecilku, aku benar benar menikmatinya bahkan aku terkadang lupa tujuan utama pulang ke Inndonesia. Hingga suatu hari ada sms yang tak pernah aku sangka-sangka kedatangannya. DIA mengaku teman lamaku, DIA mengaku sahabatku, DIA mengaku dekat denganku, tapi DIA tidak mengatakan aku menyukaimu.

Oo...aku baru sadar. Ternyata DIA ah oaseku DIA ah mutiaraku DIA ah semangkaku, kemana selama ini kau menghilang? Ada perasaan bahagia, ada perasaan curiga dan ada perasaan tak percaya. Tapi CLBK itulah istilah orang menamakannya. Setiap hari, siang malam pagi, selalu ku telpon dirinya.

Hingga suatu malam aku menelpon, mencoba memberanikan diri untuk menanyakan apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya saat SMP dulu, tak kusangka ternyata perasaan itu benar-benar ada, lalu kutanya kenapa saat aku MA aku pernah mengirim surat untuknya tapi DIA tak membalasnya, padahal surat itu membutuhkan jawaban "ya atau tidak", ternyata surat itu tak pernah sampai padanya.

Sekarang aku tau bahwa cintaku tak bertepuk sebelah tangan saja, lalu kutanya masih adakah perasaan itu di hatimu saat ini? "masih" itulah jawabannya.

Sibuk aku kesana kemari, hari pernikahanku tinggal seminggu lagi kukasih kabar semua temanku, dan dalam kebimbangan kuhubungiDIA dalam keheninganku. Kukatakan "maaf perasaan ini sudah terlambat, seandenya saja kau balas suratku lima tahun yang lalu mungkin kau jadi istriku, tapi aku tau ini bukanlah kehendakmu atau kehendakku sebab jodoh adalah rahasia tuhan. Aku sadar tujuan utamaku pulang ke Indonesia adalah menikah, tapi bukan denganmu tapi dengan orang yang selalu mendampingiku selama ini. Tapi sungguh sebuah kebanggaan bagi diriku dapat dicintai olehmu, terima kasih atas semua itu. Dan aku minta maaf jika semua ini menyakitkanmu, tapi yang perlu kamu tau bahwa aku tak berdusta, aku mecintaimu"

"tidak apa-apa aku sudah mempersiapkannya sejak dulu sebab aku tau aku pasti akan terlambat, pesanku jagalah benar-benar istrimu aku yakin DIA lebih mencintaimu daripada aku, terima kasih juga dan maaf" itulah kata-kata terakhir darinya, hingga saat ini aku tak pernah dengar lagi suara kicaunnya, apalagi melihat kerlingan matanya yang seperti mutiara. Sampai saat ini ku berusaha meyakinkan diriku bawa DIA bukanlah oase DIA adalah fatamorgana.

***

Sekarang istriku yang sangat aku sayangi sedang hamil, mengandung anakku yang pertama, tapi mengapa tiba-tiba ku bermimpi bertemu dengan DIA tadi pagi. Mungkinkah aku merindukannya? Atau DIA yang merindukanku? Aku tak tau.

Kupersembahkan untuk M/DIA_ 29 Mei 2009


Comments
1 Comments